Cari Blog Ini

Kamis, 19 Januari 2012

15 Petunjuk Meneguhkan Iman

1. Akrab dengan Al Qur’an

Al Qur’an merupakan petunjuk utama untuk
mencapai tsabat (keteguhan iman). Al Qur’an
merupakan penghubung yang amat kokoh antara
hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang
teguh dengan Al Qur’an, niscaya Allah akan
memeliharanya, barangsiapa mengikuti Al Qur’an,
niscaya Allah akan menyelamat-kannya dan
barangsiapa menyeru kepada Al Qur’an, niscaya
Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa
diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur
adalah untuk meneguhkan hati para hambaNya,
sebagaimana firman Allah tatkala membantah
tuduhan kaum kuffar, “Orang-orang kafir
berkata: Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil.” (Al Furqan : 32)
Diantara alasan mengapa Al Qur’an sebagai
sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al
Qur’an menanamkan keimanan dan mensucikan
jiwa seseorang, diturunkan untuk menenteramkan
hati manusia dan sebagai benteng bagi
orang mukmin dalam menghadapi hempasan
fitnah. Al Qur’an juga membekali muslim dengan
konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya,
sehingga dia mampu menilai sesuatu dan
menimbang sesuatu secara proporsial dan benar.

2. Iltizam dengan Syari’at Islam

Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kalau
mereka melaksanakan nasehat yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu
lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan
(hati mereka di atas kebenaran).” (An Nisa : 66)
Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan
orang-orang yang malas dan tidak melakukan
amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah
hanya akan menunjukkan kepada orang yang
beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan
amal shalih dan menjaganya secara terusmenerus.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa
memelihara shalat dua belas raka’at (sunnat
rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga.” (At
Tirmidzi 2/273)

3. Mempelajari Kisah Para Nabi

Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi,
Allah berfirman, “Dan Kami ceritakan kepadamu
cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan
hatimu.” (Hud : 120)
Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim
Alaihis Salam tatkala dilemparkan ke dalam api.
Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim
ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah,
“Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah
sebaik-baik pelindung.” (Al Fath : 29)
Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas,
tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang
meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisa Musa
Alaihis Salam, Allah berfirman: “Maka setelah
kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
para pengikut Musa: Sesungguhnya kita akan
benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali
tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku
bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.” (Asy Syu’ara : 61-62) Bila Anda
bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di
hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat
di dalam hati Anda?

4. Berdoa

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman
adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi
keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam
firman Allah: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan
setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali
Imran : 250) Agar hati tetap teguh, maka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam banyak
memanjatkan doa berikut ini, “Wahai Dzat
pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada
agamaMu.” (HR. At Tirmidzi)

5. Berdzikir kepada Allah

Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling
ampuh untuk mencapai tsabat. Karena
pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara
dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-
Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bila kamu
memerangi pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyakbanyaknya.”
(Al Anfal : 45) Dalam ayat tersebut
Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang
baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon
bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah
saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang
mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah
pengaruh dzikrullah dalam memberikan
keteguhan iman kepada orang-orang beriman.
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap
terus berada dalam keimanan sehingga meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita
perlu merawat bahkan senantiasa berusaha
menguatkan keimanan kita. Makalah ini Insya
Allah membantu kita dalam usaha mulia itu.

6. Menempuh Jalan Lurus

Allah berfirman: “Dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain)
sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya.”
(Al An’am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecahbelah
menjadi 73 golongan, semuanya masuk
Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat
(HR. Ahmad, hasan). Dari sini kita mengetahui,
tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti
berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14
abad dari datangnya Islam cukup banyak
membuat terkotak-kotaknya pemahaman
keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat
dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang
mesti kita ikuti dalam praktek keberagamaan kita?
Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits ,
jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan
Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman
agama yang autentik kebenarannya adalah
pemahaman berdasarkan keterangan Rasul
Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para
sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan). Itulah yang
mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran
agama berdasarkan akal manusia yang tingkat
kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan
terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya
dirawat oleh para tabi’in dan para imam shalihin.
Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi
(istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham
Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian
menyebutnya dengan pemahaman para salafus
shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah
wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi
berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka
telah yakin akan kebenaran yang diikutinya.
Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus
Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa
bingung dan ragu. Berpindah dari suatu
lingkungan sesat ke lingkungan bid’ah, dari filsafat
ke ilmu kalam, dari mu’tazilah ke ahli tahrif, dari
ahli ta’wil ke murji’ah, dari thariqat yang satu ke
thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah
pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj
(jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap
kuat dalam situasi apapun.

7. Menjalani Tarbiyah

Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh
setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada
empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu
pendidikan untuk menghidupkan hati agar
memiliki rasa khauf (takut), raja’ (pengharapan)
dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta
untuk menghilangkan kekeringan hati yang
disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur’an dan
Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan
keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan
menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa’iyah, yaitu pendidikan untuk
mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah
dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai
peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan
pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah,
yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing
seorang muslim setingkat demi setingkat menuju
kesempurnaannya, dengan program dan
perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang
dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul
kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu
menjadikan para sahabat memiliki iman baja,
bahkan membentuk mereka menjadi generasi
terbaik sepanjang masa.

8. Meyakini Jalan yang Ditempuh

Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang
bertambah keyakinannya terhadap jalan yang
ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka
ber-tambah pula tsabat (keteguhan iman) nya.
Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan
untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan
hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita
harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh
itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama,
syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita
harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena
kebenaran yang kita pegang, sebagaimana firman
Allah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan
atas hamba-hambaNya yang Ia pilih.” (QS. 27:
59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah
menciptakan kita sebagai benda mati, binatang,
orang kafir, penyeru bid’ah, orang fasik, orang
Islam yang tidak mau berdakwah atau da’i yang
sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam
keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus
Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.

9. Berdakwah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan
rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu
dicarikan medan yang tepat. Di antara medan
pergerakan yang paling agung adalah berdakwah.
Dan berdakwah merupakan tugas para rasul
untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak
ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak
disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan
akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman
itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang
da’i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul
bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia
tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin
menambah dan mengokohkan keimanannya.

10. Dekat dengan Ulama

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Di antara manusia ada orang-orang yang
menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan.”
(HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan) Senantiasa
bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan
iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa
berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum
muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum
muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti
diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: “Di
hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan
din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah
(ujian) dengan Imam Ahmad.” Bila mengalami
kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul
Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah untuk mendengarkan berbagai
nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun
hilang berganti dengan kelapangan dan
keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

11. Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah
dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan
yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang,
bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian.
Dalam keadaan seperti ini manusia banyak
membutuhkan tsabat agar tidak berputus asa. Allah
berfirman: “Dan berapa banyak nabi yang berperang
yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang
bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak
lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan
Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada
do’a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala
di dunia dan pahala yang baik di akherat. “ (Ali Imran:
146-148)

12. Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya
oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak
dalam negeri .” (Ali Imran: 196) “Dan demikianlah
Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur’an (supaya jelas
jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan
orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh
Islam).” (Al An’am: 55) “Dan Katakanlah, yang benar
telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya
yang batil itu pastilah lenyap.” (Al Isra’: 81) Berbagai
keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati
setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan
akan sirna dan kebenaran akan menang akan
mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada
dalam keiman-annya.

13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan
kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas
daripada kesabaran.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah
terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan
ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama
mencapai tsabat.

14. Nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya
bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala
tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita
sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu
meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami
berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat
rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang
sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu
mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh
intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula
halnya dengan kita?

15. Merenungi Nikmatnya Surga

Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan,
kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan
pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini
adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah
menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya
untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan
imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan
mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati
Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa
oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: “Bersabarlah
wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti
adalah Surga.” (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus
meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan
kita khusnul khatimah. Amin.

Diterbitkan oleh: Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) UNSW, http://fly.to/kpii, email: kpii@isnet.org
Dalam rangka membina insan yang bertaqwa
Muhammad Shalih Al Munajjid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar