Cari Blog Ini

Sabtu, 28 Januari 2012

Klasifikasi Bahan Bakar


Bahan Bakar,Panas, Dan Energi
1.      Bahan bakar
Bahan bakar merupakan bahan (material) yang dikonsumsikan untuk menghasilkan energy.
2.      Panas
Panas adalah energy yang bergerak dari suatu system ke system lainnya karena perbedaan suhu diantara kedua sisitem tersebut.
3.      Energi
Energi adalah suatu kerja yang ada dalam berbagai bentuk dimana energy tersebut dapat dikonversikan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.
Klasifikasi Bahan Bakar
Menurut kondisi fisiknya bahan bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu:
1.      Bahan bakar padat
a.       Batubara
b.      Kokas
c.       Kayu
d.      Arang
e.       Ampas tebu
2.      Bahan bakar cair
a.       Minyak bumi (Petroleum)
·         Bensin (Gasoline)
·         Solar (Diesel Oil)
·         Minyak Tanah (Kerosene)
·         Minyak Residu )Residual Oil)
b.      Peragian (Fermentation)
·         Ethanol (Ethylalcohol)
·         Methanol (Methylalcohol)
c.       Minyak sintetis
·         Minyak yang didapatkan dari proses hidrogenisasi batu bara.
d.      Shale oil
·         Minyak yang didapatkan dari proses distilasi batu-batuan.
3.      Bahan bakar gas
a.       Natural Gas
b.      Petroleum Gas
c.       Blast Furnace Gas
d.      Coke Oven Gas
e.       Blue Water Gas
f.       Coal Gas
g.       Bio Gas

Selasa, 24 Januari 2012

pengertian motivasi menurut para ahli


1.Cropley, (1985) Motivasi dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”

2. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.

3. Mitchell motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.

4. Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

5.Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.

6.McDonald memilih pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.

7. Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.

8.Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.

9.T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
10.A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.

11.H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

12.Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.

13.Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.

Beda antar Cinta, Suka, dan Sayang


Dihadapan orang yang kau cintai,
Musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
Musim dingin tetap saja musim dingin,hanya suasananya lebih undah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai
Jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kau hanya merasa senang dan gembira saja.

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai,
Matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai,
Engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai
Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja.

Jika orang yang kau cintai menangis,engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,engkau hanya menghibur saja.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,cukup dengan menutup telingga,
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai,cinta itu
berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu
yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta… ada perasaan yang lebih mendalam,yaitu
rasa saying…rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta.Rasa yang tidak mudah
berubah.
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.Mau
menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.Cinta ingin memiliki,tetapi
sayang hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia….walaupun harus
kehilangan.

Untuk seseorang yang sedang jatuh cinta….......

Confidence, Trust and Hope


CONFIDENCE
Once, all village people decided to pray for rain. On the day of prayer,
all the people gathered but only one boy came with an umbrella; that's
Confidence.

TRUST
Trust should be like the feeling of a one-year-old baby. When you throw him
in the air, he laughs... because he knows you will catch him; that's Trust.

HOPE
Every night we go to bed, we have no assurance to get up alive in the next
morning but still we make plans for the coming day; that's Hope.

ALWAYS MAINTAIN YOUR CONFIDENCE
HAVE SOME TRUST IN OTHERS
and NEVER LOSE HOPE!

Never regret a day in your life.
Good days give you happiness;
Bad days give you experiences;
Both are essential to life

17 Hal yang harus diingat untuk mencapai potensi hidup yang maksimal


17 Hal yang harus diingat :

1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.

2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.
3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.

9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek
oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan
budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!\

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna
dengan siapapun juga.

16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi
fisik. Semua orang itu SAMA!!!

Mencapai potensi hidup yang maksimal


Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir,
rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai
kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri.
Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang
sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.

Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :

* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini
dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi.
Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih.
Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu,
meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap
aspek kehidupanmu.

* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus
melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda.
Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang
dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan
tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan
pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri

* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu.
Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia
berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia
akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu.
Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan.
Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.

* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi...
Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya
dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai
trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini.
Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu
selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.

* Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun
Kita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi
tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapi
tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang
menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup
berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.


* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar
yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri.
Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita,
Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita,
namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri.
Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan
apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.

* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu
sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan
sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu,
sekarang juga !

Manusia Sukses Versi Al Quran


Setiap orang hidup punya cita-cita, ingin hidup sejahtera dan bahagia.  Ada yang ingin jadi dokter, insinyur, arsitek, notaris, akuntan, pengacara, dan profesional lainnya.  Cita-cita menjadi para profesional yang sukses di bidangnya selalu dipompakan  kepada anak-anak atau diri seseorang dengan harapan bisa mendapatkan penghasilan materi dan kedudukan yang memuaskan.  Kepuasan materi itulah yang harini diidentikkan dengan kebahagiaan.
            Dalam kehidupan yang semakin sekularistik seperti hari ini, orientasi hidup individu masyarakat –akibat pola pendidikan dan propaganda haya hidup dan iklan produk di televisi—umumnya adalah mencari uang yang sebesar-besarnya untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.  Ukuran sukses seseorang mengerucut pada berapa rupiah atau berapa dolar penghasilan dia per bulan?    Sehingga apapun dilakukan dalam rangka mengais rupiah. Menari telanjang, menyanyikan lagu-lagu erotis, berjudi, mencuri, menipu maupun korupsi dilakukan demi uang. Tidak lagi mempedulikan halal haram.
            Benarkah itu makna kebahagiaan seseorang?  Benarkah itu ukuran sukses seseorang?  Sebagai muslim, tentunya kita tetap berpegang teguh pada Al Quran dan As Sunnah, termasuk dalam mengambil pemahaman (mafahim) tentang kebahagiaan dan kesuksesan hidup.  Dan kita tentu bercita-cita untuk hidup bahagia di dunia maupun di akhirat.  Sebagaimana kita diajar Al Quran untuk berdoa:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".(QS. Al Baqarah 201).

Profil Manusia Sukses

            Al Quran dengan tegas menyebutkan bahwa orang-orang mukmin adalah orang yang benar-benar sukses.  Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(QS. AL Mukminun 1).
          Dalam tafsir Shafwatut Tafaasiir Juz II/277 Muhammad Al As Shobuni menafsirkan bahwa Allah menegaskan beruntung dan berbahagianya orang-orang mukmin, seolah Allah berfirman: Sungguh benar-benar telah terwujud kemenangan dan kesuksesan mereka disebabkan iman dan amal shalih mereka.  Ukuran sukses yang diperoleh bagi orang-orang beriman dalam Surat Al Mukminun ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(11)
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.(QS. Al Mukminun 10-11).
            Ya, surga Firdaus yang dalam suatu hadits rasulullah saw. bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوْهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَ أَعْلىَ الْجَنَّةِ
“Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah Al Firdaus, sebab dia surga yang paling tinggi (tingkat ke 100) dan paling tengah” (HR. Al Bukhari).
            Orang-orang mukmin yang sukses itu digambarkan oleh Allah SWT memiliki setidaknya enam sifat sebagai profil mereka.  Pertama, khusyu’ dalam sholat.  Allah SWt berfirman:
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,(QS. AL Mukminun 2).
Menurut Ibnu Abbas, orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya adalah orang-orang yang takut dan tenang, yakni orang-orang yang takut dan merendahkan diri di dalam sholat mereka di hadapan kemuliaan dan keagungan Allah SWT untuk menanamkan kewibawaan-Nya terhadap hati mereka.
Kedua, menjauhkan diri dari perkara yang tiada berguna.  Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,(QS. Al Mukminun 3).
Imam Ibnu Katsir mengatakan al laghwu dalam ayat tersebut adalah kebatilan (al bathil) yang meliputi syirik, kemaksiatan, serta ucapan dan perbuatan yang tiada berfaedah. 
            Ketiga, menunaikan zakat.  Allah SWT befirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
dan orang-orang yang menunaikan zakat,(QS. Al Mukminun 4).
As Shabuni (idem)  mengatakan orang yang sukses adalah orang yang membayar zakat dari harta-harta mereka (yang wajib dikeluarkan zakatnya) kepada fakir miskin dalam rangka memperbaiki hati mereka untuk mendapatkan ridla Allah SWT. 
Keempat, memelihara kemaluannya.  Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,(QS. Al Mukminun 5).
As Shabuni (idem) menerangkan bahwa orang yang sukses itu adalah orang yang menjaga kesuciannya dari segala perbuatan yang haram dan memelihara kemaluannya (farjinya) dari apa saja yang tidak halal baginya, baik itu perbuatan zina (hubungan seksual dengan selain istrinya), perbuatan liwath (hubungan melalui dubur/anus), maupun membuka aurat. 
            Kelima, memelihara amanat dan janji.  Allah SWt berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,(QS. AL Mukminun 8).
As Shabuni menerangkan bahwa orang-orang sukses itu tidak berkhianat bila dipercaya dan tidak memutuskan bila telah membuat perjanjian.  Abu Hayyan mengatakan: memelihara amanat dalam ayat ini bersifat umum, yakni termasuk memelihara apa saja yang diamanatkan Allah SWT kepada hamba-Nya, baik itu ucapan, perbuatan, maupun keyakinan; juga apa saja yang diamanatkan oleh manusia, baik itu titipan maupun berbagai amanat. 
            Keenam, memelihara sholat.  Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.(QS. Al Mukminun 9).
As Shabuni menerangkan bahwa orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang disiplin sholat lima waktu dengan menunaikannya pada waktu-waktunya. 

Jalan Menuju Sukses

            Agar kalian sukses! Itulah yang pertama kali dan selalu diserukan oleh Rasulullah saw. dalam dakwah beliau saw. kepada orang-orang Quraisy.  Diriwayatkan bahwa rasulullah saw. keluar masuk pasar dengan mengatakan:
يآاَيُّهَا النَّاسُ، قُوْلُوْا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ تُفْلِحُوْا
“Wahai manusia, katakan Lailalaha illallah, niscaya kalian akan sukses!” (lihat Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah).
            Dari sini jelas bahwa langkah pertama menuju sukses adalah menanamkan kalimat tauhid dalam diri kita dengan perspektif, bahwa dengan tauhid kita sukses dan tanpa tauhid kita gagal.  Aqidah yang bersih, aqidah yang dapat disaring kejernihannya oleh akal sehat dari segala noda-noda kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan.  Aqidah yang menggerakkan pikiran dan jiwa kita sehingga aqidah itu menjadi mabda, pandangan hidup, dan ideologi kita.  Aqidah yang mendorong kita terus bergerak menuju kesuksesan hidup, di dunia maupun di akhirat.  Aqidah yang telah memberikan keyakinan dan kepercayaan diri bahwa hanya dengan Islam kita mulia dan unggul.  Ya, aqidah produktif yang menghidupkan pikiran dan jiwa kita, yang merupakan kunci sukses kita.
            Kedua, untuk menuju sukses kita harus memformat ulang pikiran kita agar sesuai dengan dasar aqidah kita yang merupakan landasan berfikir (qaidah fikriyah) untuk seluruh proses berfikir yang kita lakukan dan tradisi berfikir yang hendak kita bangun. Dengan cara berfikir Islam ini kita akan senantiasa berfikir dengan format Islam.   Dimasa Nabi Muhammad saw., ketika terjadi gerhana yang bertepatan dengan kematian putra beliau saw. yang bernama Ibrahim, orang-orang Arab menganggap bahwa terjadinya gerhana itu lantaran wafatnya Ibrahim.  Maka Rasulullah saw. mengoreksi pendapat orang-orang Arab itu dengan sabda beliau saw.:
إِنَّ الشَّمْشَ وَ الْقَمَرَ أَيَتَانِ مِنَ آيَاتِ اللهِ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فإذا رأيتم ذلك فاذكروا الله
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, tidaklah keduanya mengalami gerhana lantaran hidup dan matinya seseorang.  Jika terjadi gerhana maka ingatlah Allah (dengan sholat gerhana, sampai hilang gerhana itu)”.
           
          Dalam memahami fakta, maka kita harus senantiasa meningkatkan pengetahuan atas fakta itu sendiri.  Sehingga kita memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap hakikat fakta itu.  Dalam membuat penilaian atas fakta dan kejadian, untuk menentukan hukum atasnya, maka penilaian yang sah hanyalah dari syariah semata.  Maka kita perlu meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang hukum syariah sehingga kita senantiasa berada di jalan yang benar.  Dengan pengetahuan yang mumpuni itu kita akan sukses sebagai orang yang faham akan kehidupan, faham akan fakta dan permasalahan, dan faham akan solusi dan hukum dari permasalahan dan fakta yang dihadapi.  Kemampuan pemecahan masalah inilah yang membuat kita bakal sukses dalam menghadapi tantangan kehidupan.
            Ketiga,  agar kita sukses dalam kehidupan, aqidah yang produktif yang kita tanamkan dalam diri kita, senantiasa kita hidupkan untuk menghasilkan amal shalih.   Dorongan-dorongan yang ada dalam diri untuk berbuat, senantiasa kita standarisasi dengan aqidah Islam itu, agar perbuatan yang kita hasilkan senantiasa sesuai dengan standar syariah.  Untuk itu, disamping pengetahuan syariah dalam diri yang semakin disempurnakan, kita juga harus senantiasa berlatih untuk semakin menyempurnakan tingkat pengendalian hawa nafsu kita.  Allah SWT berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Yusuf 53).             

 Rasulullah saw. Bersabda:

لاَيُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia menundukkan hawa nafsunya agar mengikuti apa (Islam) yang kubawa” (HR. An Nawawy).
             Caranya adalah dengan memperbanyak ibadah wajib maupun sunnah serta menjalankan ketaatan-ketaatan lainnya.  Shalat wajib berjamaah hendaknya menjadi tradisi kita, yang dengan itu syetan pun segan kepada kita.  Shalat malam, sholat dluha, dan sholat-sholat sunnah lainnya akan semakin meningkatkan sikap taqwa dan kedekatan kita kepada Allah SWT.  Membaca Al Quran secara rutin, setiap pagi dan petang, disamping akan mendekatkan diri kita kepada Allah, juga akan semakin mengingatkan kita kepada apa saja yang diperintahkan Allah maupun larangan-larangan-Nya.  Puasa, yang wajib maupun yang sunnah, akan membentuk ketahanan dalam diri kita sehingga tidak mudah tergoda oleh berbagai tipuan dunia, disamping akan membuat kita semakin sabar dan tegar dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.  Kita merasa ringan dengan segala perkara yang kita hadapi di dunia, dikarenakan kita semakin dekat dengan Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
            Dalam sebuah hadits qudsy Rasulullah saw. bersabda: Allah SWT berfirman:
“Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Kusukai daripada menjalankan apa yang telah Kuwajibkan kepadanya.  Dan tida henti-hentinya seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah dan amal-amal sunnah, sehingga Aku mencintainya, maka apibal Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya dan Aku akan menjadi penglihatannya yang dia melihat dengannya, dan Aku akan menjadi tangannya dan kakinya yang dia pakai untuk melakukan sesuatu dan berjalan dengannya.  Dan apabila dia memohon kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan, dan jika dia berlindung kepada-Ku, pasti akan Kulindungi” (HR. Bukhari).
 
Khatimah

Dengan aqidah Islam yang bersih dan kuat, dengan pemikiran Islam yang jernih, dan dengan kesucian jiwa Islami, ya dengan itu semua, insyaallah kita akan sukses dalam mengahdapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan, maupun gangguan dalam meniti jembatan kehidupan dunia ini.  Dan kita akan senantiasa menyajikan yang terbaik untuk kesuksesan hidup kita, di dunia maupun di akhirat.  Marilah kita renungi firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, ruku`lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.(QS. AL Hajj 77).

Juga firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.(QS. Al Anfal 45).

Koruptor Itu Kafir: Telaah Fiqih Korupsi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama


Korupsi di negeri ini sudah menjadi budaya yang mengendap dalam sikap permisifisme, koncoisme, dan imbalan jasa, seakan tak ada dosa dalam melakukannya. Kalau memang sumua urusan lancar dan dianggap tak melanggar aturan, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah jalan alternatif yang layak dipilih.


Terang-terangan secara berjamaah korupsi diselenggarakan. Tidak perlu bersembunyi seperti maling kacangan. Buku Koruptor Itu Kafir: Telaah Fiqih Korupsi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama hasil olah garap penyunting Hardiansyah Suteja ini membedah korupsi dari perspektif fikih dan teologi agama muatan gabungan perbandingan pemikiran Ormas Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Meski banyak cara pemberantasan korupsi telah ditempuh oleh berbagai pihak, upacara korupsi tetap jadi tradisi yang merugikan banyak pihak. Buku ini hadir mengisi ruang aksi yang belum terisi itu. Dalam buku ini diterangkan bahwa korupsi tidak akan terjadi di tengah seseorang memiliki keimanan. Artinya, koruptor itu orang yang tidak beriman.

Pemikiran Muhammadiyah mengawalinya dari asas kepemimpinan, yaitu amanah (dapat dipercaya), keadilan, dan amar ma’ruf nahi munkar. Seorang pemimpin yang dapat dipercaya, tuntutan tentang keadilan tidak ada karena dia sudah dipercaya.

Kalau dia berbuat tidak adil, maka setiap orang harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mencegahnya. Korupsi, dalam bingkai kepemimpinan, menempatkan asas terakhir kepemimpinan itu di tempat yang paling utama. Sementara NU mengawali pembahasan korupsi dari pola paradigmatik tentang eksistensi manusia.




Manusia diciptakan Tuhan memiliki tugas sebagai khalifah (menajer Tuhan di bumi), dan sekaligus abdun (hamba) yang menyembah Tuhan. Tugas manusia hanya menjadi hamba Tuhan. Dia tidak boleh menghamba kepada harta, takhta, apalagi wanita.

Koruptor adalah orang yang telah diperbudak oleh kehinaan harta. Dari segi kepemimpinan, NU memandang korupsi sebagai pelanggaran kepemimpinan publik dengan menggarong harta publik dan merugikan kepentingan publik. Sebagai hamba, manusia adalah pemimpin bagi dirinya. Kepemimpinannya di sini bersifat personal.

Namun, sebagai khalifah, manusia yang diamanati jabatan oleh banyak orang (amanat jabatan publik), harus mentasarrufkan harta publik (APBD/APBN) untuk kemaslahatan umum.

Dalam pandangan NU maupun Muhammadiyah, korupsi adalah perbuatan dosa besar yang tidak bisa diampuni. Sama dengan syirik (menyekutukan Tuhan). Karena itulah, koruptor disebut sebagai orang yang tidak beriman, alias kafir.

Peresensi adalah M Abdullah Badri, studi akhir di IAIN Walisongo, Semarang

Aktivis yang Kini Menjelma Jadi Birokrat Pendidikan


Eko Djatmiko S

Peristiwa gerakan mahasiswa tahun 1978 yang dikenal dengan peristiwa Malari (Malapetaka Lima Januari) merupakan goresan sejarah yang tidak akan pernah dilupakan bangsa ini. Saat itu, ribuan mahasiswa dengan gagah berani mengkritisi kebijakan Orde Baru yang dinilai sudah melenceng dari cita-cita serta harapan masyarakat.

Salah satu aktivis mahasiswa yang sangat terkenal saat itu adalah Hariman Siregar sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Universitas Indonesia.  Dan salah satu tokoh gerakan mahasiswa yang lain adalah Eko Djatmiko Sukarso yang saat itu menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Tidak banyak yang tahu dokter gigi yang menjadi birokrat ini sejatinya adalah seorang aktivis gerakan mahasiswa. Tidak heran jika lembaga pemerintahan yang dipimpinnya pun dikelola dengan pola dan tangan seorang aktivis mahasiswa sehingga berwajah lebih ramah, bersahaja dan paling penting berpihak serta orientasi kepada kepentingan masyarakat banyak.

Sesungguhnya sejak di bangku sekolah hingga kuliah Ekodjatmiko Sukarso sudah menjadi ‘aktivis di lembaga pendidikannya’ seperti Wakil Ketua Osis di SMAN 3 Surabaya hingga Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia.

Setelah lulus kuliah, ia dipercaya sebagai asisten dosen di almamaternya, lalu sejumlah jabatan organisasi diembannya seperti Ketua Bidang Organisasi Iluni UI (1978-1984), Sekretaris Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI (1980-1982), kemudian Ketua Umum PDGI Jakarta (1982-1986), anggota Komisi Pembibitan dan Pembinaan KONI Pusat (2000-2003), Direktur Kelembagaan dan Kehormatan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (2002-2005).

“Pada dasarnya saya adalah seorang workcholic (maniak kerja, red). Istri pertama saya pekerjaan, kemudiaan istri kedua adalah pendamping saya itu,” kata Ekodjatmiko yang kini menjabat sebagai Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

Belum lagi beberapa aktivitasnya di tempat lain yaitu sebagai anggota di Komnas Lansia (Depsos), Pokja Peker-ja Anak (Depnaker), Pokja Pembauran (Depdagri), pemerhati eks napi dan eks PSK (Depsos).

Tentunya masih ada waktu luang yang digunakan untuk nonton televisi, baca atau bertemu dengan teman-teman. “Dulu saya senang main tenis, tapi karena ada sakit jantung ringan, maka dokter tidak menganjurkan olah-raga yang berat,” katanya.

Filosofi pendidikannya yaitu memberdayakan masyarakat melalui pendidikan untuk mencapai kompetensi hidupnya. “Percuma kita punya uang, kemudian sekolah di lembaga pendidikan yang terbaik, tapi ketika lulus kita tidak bisa menghidupi untuk diri sendiri apalagi orang lain,” katanya.

Ia memandang bahwa maksud dan tujuan kita dalam mendidik orang seperti yang diamanatkan UUD dan UU Sisdiknas, bagaimana hasil pendidikan itu mencapai kompetensi untuk hidup. “Nah, dalam pendidikan itu otak kiri dan otak kanan mesti seimbang,” katanya.

Seraya memakai pandangan seorang pakar pendidikan bahwa untuk mencapai sukses hidup hanya digunakan 20 persen otak kiri dan 80 persen otak kanan. Tapi yang kini terjadi muncul kurikulum yang baku, KBK, KTSP, belum lagi dengan ujian nasional.

“Makanya tidaklah heran tingkat kelulusan kita masih diragukan oleh masyarakat, apalagi bagi dunia kerja. Targetnya hanya lulus, bukan dite-kankan pada tingkat kompetensinya. Ada anak yang Juara Olimpiade Fisika Internasional, tapi dia tak lulus Ujian Nasional. Sekarang kita mau menganut yang mana?” katanya.

Kurikulum akademik hanya mengandalkan 20 persen otak kiri untuk mereka bisa hidup, semestinya kita mesti mengandalkan otak kanan sebanyak 80 persen. Kecerdasan otak kanan meliputi emosional, mental, intuisi, sikap, daya cipta, spontanitas, visual. Sedangkan otak kiri mene-kankan kecerdasan logika, daya analisis, daya ingat, bahasa, mate-matika dan IPA.

“Artinya otak kanan bisa dimanfaatkan untuk life skill yang meliputi social skill, personal skill, vocational skill. Sehingga setiap individu itu memi-liki kompetensi. Katanya kita mau mandiri!” papar Ekodjatmiko.

Visi & Misi

Pada direktorat yang dipimpinnya, ia mencoba menerjemahkan bagaimana cara mengelola ‘residual education’ yaitu pendidikan bagi anak yang ’susah-susah’ se-Indonesia ini yang tidak bisa lagi dilakukan oleh instansi lain.

UU Sisdiknas 20/2003 pada Pasal 32 Ayat 1 tentang pendidikan khusus (PK) seperti untuk orang cacat, kemudian anak cerdas istimewa dan bakat istimewa. “Semua itu ngurusnya susah. Seperti halnya anak super tidak ada sekolah khusus yang menangani mereka secara khusus di Indonesia,” katanya.

Disebutkan pula pada Pasal 32 Ayat 2 tentang pendidikan layanan khusus (PLK) seperti anak-anak yang memerlukan pendidikan yang akses georafisnya tidak terjangkau seperti pulau terpencil, di pegunungan. Ini disebut “cacat geografis”.

Ada guru SD di Kabupaten Wamena Papua yang berada di wilayah pegunungan, dia mesti berjalan kaki setengah berlari hingga dua malam menuju sekolah tempat dia mengajar.

“Eselon dua ingin bertemu kami di sana memakan waktu satu hari. Dia naik motor hingga ujung kampung, tapi tidak tersedia jalan ke atas. Sehingga dia jalan kaki,” katanya.

Belum lagi anak-anak korban bencana alam atau gempa, anak-anak pengungsian, anak pekerja, anak gelandangan, anak korban trafficking, anak TKI, lapas anak dan anak-anak dari kaum keluarga miskin. “Ini urusan pendidikan yang susah-susah. Sehingga menurut Mendiknas hal ini dikerjakan oleh direktorat khusus orang yang mengurusi PK dan PLK,” katanya.

Kemudian pendidikan inklusi yang merupakan model pendidikan tren dunia. Artinya pendidikan dalam satu sekolah yang tidak membedakan perbedaan atau keterbatasan anak dalam proses belajar mengajar.

Inklusi ini menjadi penting ke depan. Karena supaya sekolah itu bisa menerima segmen masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan layak. Tidak ada perbedaan antara anak kaya dan anak miskin dalam satu sekolah.

“Sekolah harus menerima mereka, karena ada amanat dari konstitusi UUD dan APBN sebagian dianggarkan untuk model sekolah ini,” tegasnya.

Apakah makin berat? “Ya jelas, tapi ini amanat dari UU dan UUD. Menangani anak penyandang cacat hanya sepertiga dari urusan PK dan PLK. Paradigmanya adalah kami bukan saja mengurusi anak cacat saja, tapi adanya UU Sisdiknas dan UUD seperti itu maka urusan diatas juga kami tangani,” katanya.

Sebagai manusia biasa mengem-ban tugas seperti ini mesti berniat untuk mensukseskan program ini, Illahi Ta’ala, dan berserah diri. “Adalah tidak mungkin ditangani sendiri. Apalagi dengan tenaga dan anggaran yang terbatas. Sehingga perlu kerjasama dengan pada out shorching,” katanya.

Diantara out shorching tersebut adalah LSM, asosiasi-asosiasi kecacatan, sembilan perguruan tinggi yang memiliki jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa) dan dengan semua institusi dibidang psikologi dan teknologi. “Untuk memuluskan program tersebut, sejumlah MoU telah dilakukan dengan perguruan tinggi diantaranya UGM, ITB, Unpad, UNS, Unair, Unber, UMU, UMS,” katanya.

Eko mengungkapkan pula guru-guru di SLB kebanyakan berusia 45-an tahun. Beberapa SLB yang dijumpai usianya mencapai 30 tahun sebanyak 8 orang, usia di bawah 25 tahun tidak ada. “Jarang ada guru yang ingin mendidik di SLB. Kecuali dia yang memiliki anak cacat, atau yang terpanggil jiwa sosialnya. Yang kami temui dilapangan, kebanyakan guru yang latar belakang pendidikannya diluar PLB,” kata Eko mengungkapkan.

Di penghujung kariernya sebagai abdi masyarakat di Direktorat PLB. Tentu banyak pelajaran terpetik dari sosok pria bergaya seniman, aktivis dan politisi ini. “Saya harapkan apa yang baik selama ini sudah teman-teman lakukan bersama saya dapat terus dipertahankan dan menjadi lebih baik lagi,” harapnya. (f10/vc2)

Kamis, 19 Januari 2012

15 Petunjuk Meneguhkan Iman

1. Akrab dengan Al Qur’an

Al Qur’an merupakan petunjuk utama untuk
mencapai tsabat (keteguhan iman). Al Qur’an
merupakan penghubung yang amat kokoh antara
hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang
teguh dengan Al Qur’an, niscaya Allah akan
memeliharanya, barangsiapa mengikuti Al Qur’an,
niscaya Allah akan menyelamat-kannya dan
barangsiapa menyeru kepada Al Qur’an, niscaya
Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa
diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur
adalah untuk meneguhkan hati para hambaNya,
sebagaimana firman Allah tatkala membantah
tuduhan kaum kuffar, “Orang-orang kafir
berkata: Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil.” (Al Furqan : 32)
Diantara alasan mengapa Al Qur’an sebagai
sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al
Qur’an menanamkan keimanan dan mensucikan
jiwa seseorang, diturunkan untuk menenteramkan
hati manusia dan sebagai benteng bagi
orang mukmin dalam menghadapi hempasan
fitnah. Al Qur’an juga membekali muslim dengan
konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya,
sehingga dia mampu menilai sesuatu dan
menimbang sesuatu secara proporsial dan benar.

2. Iltizam dengan Syari’at Islam

Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kalau
mereka melaksanakan nasehat yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu
lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan
(hati mereka di atas kebenaran).” (An Nisa : 66)
Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan
orang-orang yang malas dan tidak melakukan
amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah
hanya akan menunjukkan kepada orang yang
beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan
amal shalih dan menjaganya secara terusmenerus.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa
memelihara shalat dua belas raka’at (sunnat
rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga.” (At
Tirmidzi 2/273)

3. Mempelajari Kisah Para Nabi

Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi,
Allah berfirman, “Dan Kami ceritakan kepadamu
cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan
hatimu.” (Hud : 120)
Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim
Alaihis Salam tatkala dilemparkan ke dalam api.
Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim
ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah,
“Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah
sebaik-baik pelindung.” (Al Fath : 29)
Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas,
tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang
meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisa Musa
Alaihis Salam, Allah berfirman: “Maka setelah
kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
para pengikut Musa: Sesungguhnya kita akan
benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali
tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku
bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.” (Asy Syu’ara : 61-62) Bila Anda
bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di
hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat
di dalam hati Anda?

4. Berdoa

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman
adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi
keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam
firman Allah: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan
setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali
Imran : 250) Agar hati tetap teguh, maka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam banyak
memanjatkan doa berikut ini, “Wahai Dzat
pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada
agamaMu.” (HR. At Tirmidzi)

5. Berdzikir kepada Allah

Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling
ampuh untuk mencapai tsabat. Karena
pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara
dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-
Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bila kamu
memerangi pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyakbanyaknya.”
(Al Anfal : 45) Dalam ayat tersebut
Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang
baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon
bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah
saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang
mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah
pengaruh dzikrullah dalam memberikan
keteguhan iman kepada orang-orang beriman.
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap
terus berada dalam keimanan sehingga meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita
perlu merawat bahkan senantiasa berusaha
menguatkan keimanan kita. Makalah ini Insya
Allah membantu kita dalam usaha mulia itu.

6. Menempuh Jalan Lurus

Allah berfirman: “Dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain)
sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya.”
(Al An’am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecahbelah
menjadi 73 golongan, semuanya masuk
Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat
(HR. Ahmad, hasan). Dari sini kita mengetahui,
tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti
berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14
abad dari datangnya Islam cukup banyak
membuat terkotak-kotaknya pemahaman
keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat
dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang
mesti kita ikuti dalam praktek keberagamaan kita?
Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits ,
jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan
Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman
agama yang autentik kebenarannya adalah
pemahaman berdasarkan keterangan Rasul
Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para
sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan). Itulah yang
mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran
agama berdasarkan akal manusia yang tingkat
kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan
terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya
dirawat oleh para tabi’in dan para imam shalihin.
Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi
(istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham
Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian
menyebutnya dengan pemahaman para salafus
shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah
wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi
berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka
telah yakin akan kebenaran yang diikutinya.
Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus
Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa
bingung dan ragu. Berpindah dari suatu
lingkungan sesat ke lingkungan bid’ah, dari filsafat
ke ilmu kalam, dari mu’tazilah ke ahli tahrif, dari
ahli ta’wil ke murji’ah, dari thariqat yang satu ke
thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah
pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj
(jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap
kuat dalam situasi apapun.

7. Menjalani Tarbiyah

Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh
setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada
empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu
pendidikan untuk menghidupkan hati agar
memiliki rasa khauf (takut), raja’ (pengharapan)
dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta
untuk menghilangkan kekeringan hati yang
disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur’an dan
Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan
keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan
menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa’iyah, yaitu pendidikan untuk
mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah
dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai
peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan
pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah,
yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing
seorang muslim setingkat demi setingkat menuju
kesempurnaannya, dengan program dan
perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang
dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul
kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu
menjadikan para sahabat memiliki iman baja,
bahkan membentuk mereka menjadi generasi
terbaik sepanjang masa.

8. Meyakini Jalan yang Ditempuh

Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang
bertambah keyakinannya terhadap jalan yang
ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka
ber-tambah pula tsabat (keteguhan iman) nya.
Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan
untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan
hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita
harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh
itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama,
syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita
harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena
kebenaran yang kita pegang, sebagaimana firman
Allah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan
atas hamba-hambaNya yang Ia pilih.” (QS. 27:
59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah
menciptakan kita sebagai benda mati, binatang,
orang kafir, penyeru bid’ah, orang fasik, orang
Islam yang tidak mau berdakwah atau da’i yang
sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam
keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus
Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.

9. Berdakwah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan
rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu
dicarikan medan yang tepat. Di antara medan
pergerakan yang paling agung adalah berdakwah.
Dan berdakwah merupakan tugas para rasul
untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak
ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak
disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan
akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman
itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang
da’i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul
bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia
tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin
menambah dan mengokohkan keimanannya.

10. Dekat dengan Ulama

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Di antara manusia ada orang-orang yang
menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan.”
(HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan) Senantiasa
bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan
iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa
berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum
muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum
muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti
diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: “Di
hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan
din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah
(ujian) dengan Imam Ahmad.” Bila mengalami
kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul
Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah untuk mendengarkan berbagai
nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun
hilang berganti dengan kelapangan dan
keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

11. Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah
dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan
yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang,
bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian.
Dalam keadaan seperti ini manusia banyak
membutuhkan tsabat agar tidak berputus asa. Allah
berfirman: “Dan berapa banyak nabi yang berperang
yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang
bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak
lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan
Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada
do’a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala
di dunia dan pahala yang baik di akherat. “ (Ali Imran:
146-148)

12. Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya
oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak
dalam negeri .” (Ali Imran: 196) “Dan demikianlah
Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur’an (supaya jelas
jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan
orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh
Islam).” (Al An’am: 55) “Dan Katakanlah, yang benar
telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya
yang batil itu pastilah lenyap.” (Al Isra’: 81) Berbagai
keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati
setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan
akan sirna dan kebenaran akan menang akan
mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada
dalam keiman-annya.

13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan
kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas
daripada kesabaran.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah
terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan
ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama
mencapai tsabat.

14. Nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya
bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala
tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita
sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu
meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami
berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat
rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang
sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu
mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh
intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula
halnya dengan kita?

15. Merenungi Nikmatnya Surga

Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan,
kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan
pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini
adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah
menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya
untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan
imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan
mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati
Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa
oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: “Bersabarlah
wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti
adalah Surga.” (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus
meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan
kita khusnul khatimah. Amin.

Diterbitkan oleh: Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) UNSW, http://fly.to/kpii, email: kpii@isnet.org
Dalam rangka membina insan yang bertaqwa
Muhammad Shalih Al Munajjid

Apa Yang Kita Sombongkan?


Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?”
Sang Guru menjawab, “Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.
Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.
Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.
Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.
Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala “tampak luar” lainnya. Yang kini kita lihat adalah “tampak dalam”. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.
Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.
Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.
Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?